Senin, 08 September 2014

Pahlawan Nasional Ir.H.Djuanda

IR.H.DJUANDA

PERDANA MENTERI INDONESIA KE SEPULUH, 

SEKALIGUS YANG TERAKHIR


Djuanda Kartawidjaja, dilahirkan di
Tasikmalaya 14 Januari 1911. Merupakan anak pertama, dari pasangan Raden Kartawidjaja dan Nyi Monat.
Pendidikan sekolah dasar diselesaikan di Hollandsch Inlansdsch School (HIS) dan kemudian pindah ke
sekolah untuk anak orang Eropa Europesche Lagere School (ELS), tamat tahun 1924. Selanjutnya oleh ayahnya dimasukkan ke sekolah menengah khusus orang Eropa yaitu Hogere Burger School (HBS) di Bandung, dan lulus tahun 1929. Pada tahun yang sama dia masuk ke Technische Hoogeschool te Bandoeng (THS) sekarang Institut Teknologi Bandung (ITB) di Bandung, mengambil jurusan teknik sipil dan lulus tahun 1933.
Semasa mudanya, Djuanda Kartawidjaja aktif dalam organisasi Paguyuban Pasundan dan Muhammadiyah. Semenjak lulus dari TH Bandung (1933), beliau memilih mengabdi di tengah masyarakat. Beliau memilih mengajar di SMA Muhammadiyah Jakarta, dengan gaji seadanya. Di organisasi Muhammadiyah, Djuanda pernah menjadi pimpinan sekolah. Pada tahun 1937, Djuanda mengabdi dalam dinas pemerintah di Jawatan Irigasi Jawa Barat. Selain itu, dia juga aktif sebagai anggota Dewan Daerah Jakarta. Karir selanjutnya dijalaninya sebagai pegawai Departemen Pekerjaan Umum Provinsi Jawa Barat, Hindia Belanda sejak tahun 1939.
Setelah Proklamasi, tepatnya pada 28 September 1945, Djuanda memimpin para pemuda mengambil-alih Jawatan Kereta Api dari Jepang. Disusul pengambil-alihan Jawatan Pertambangan, Kotapraja, Keresidenan dan obyek-obyek militer di Gudang Utara Bandung.
Kemudian pemerintah RI mengangkat Djuanda sebagai Kepala Jawatan Kereta Api untuk wilayah Jawa dan Madura. Setelah itu, beliau diangkat menjabat Menteri Perhubungan. Beliau pernah menjabat Menteri Pengairan, Kemakmuran, Keuangan dan Pertahanan. Beberapa kali memimpin perundingan dengan Belanda, diantaranya dalam Perundingan Konferensi Meja Bundar di Den Haag Belanda –bertindak sebagai Ketua Panitia Ekonomi dan Keuangan Delegasi Indonesia. Dalam Perundingan KMB inilah –dari tanggal 23 Agustus 1949 hingga 2 November 1949, Belanda akhirnya mengakui kedaulatan pemerintahan RI pada 27 Desember 1949.
Djuanda sempat ditangkap tentara Belanda, saat Agresi Militer II tanggal 19 Desember 1948. Beliau dibujuk oleh Belanda agar bersedia ikut dalam pemerintahan Negara Pasundan, tetapi ditolaknya.

AKHIR PENGABDIAN
Namanya diabadikan sebagai nama lapangan terbang di Surabaya Jawa Timur, yaitu: Bandara Djuanda –atas jasanya dalam memperjuangkan pembangunan lapangan terbang tersebut sehingga dapat terlaksana. Selain itu juga diabadikan untuk nama hutan raya di Jalan Dago Bandung, yaitu: Taman Hutan Raya Ir.H.Djuanda, dalam taman ini terdapat Museum dan Monumen Ir.H.Djuanda. Juga diabadikan dalam nama Bendungan di daerah Jatiluhur Purwakarta, yakni: Bendungan Ir.H.Djuanda sebagai kenang-kenangan atas peran Perdana Menteri terakhir Indonesia Ir.H. Djuanda, dalam memperjuangkan pembiayaannya sehingga terwujudnya pembangunan Bendungan Jatiluhur. Nama beliau juga, menghiasi nama-nama jalan di seluruh Indonesia.
Pada tahun 1999, Presiden Abdurrahman Wahid mencanangkan ‘Deklarasi Djuanda’ tanggal 13 Desember sebagai Hari Nusantara. Penetapan hari ini dipertegas oleh Presiden Megawati Sukarnoputri dengan menerbitkan Keputusan Presiden RI Nomor 126 Tahun 2001 tentang Hari Nusantara, sehingga tanggal 13 Desember resmi menjadi hari perayaan nasional tidak libur.
Djuanda wafat di Jakarta pada tanggal 7 November 1963 karena serangan jantung, dan dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Kalibata Jakarta. Berdasarkan Surat Keputusan Presiden RI No. 244/1963 Ir.H. Djuanda Kartawidjaja diangkat sebagai tokoh nasional/Pahlawan Kemerdekaan Nasional.

(Sumber : bastiawanade.blogspot.com/2014/05/menteri-marathon.html)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan untuk komentar, pertanyaan, saran atau kritik dengan tidak mengandung isu SARA dan POLITIK

Posting Baru Beranda