Profil Bupati


Warga masyarakat khususnya “urang Purwakarta” tentu tidak asing lagi dengan tokoh yang merupakan orang nomor satu saat ini di Kota Purwakarta yang kita cintai. Beliau atau yang akrab disapa “Kang Dedi” dapat dikenal luas dikarenakan  kebijakan atau program-program unggulannya yang dampaknya dapat dirasakan oleh warga masyarakat Purwakarta. Diantara program yang dijalankan sebagian  belum pernah dilakukan oleh kota lainnya, yang tentunya memerlukan daya cipta, kreatifitas, improvisasi serta keberanian beliau selaku Bupati, seperti : Program Jaminan Kesehatan gratis untuk seluruh warga Purwakarta,
Program masuk sekolah hanya 5 hari yang sudah berjalan 2 tahun kebelakang, dimana dimaksudkan untuk penambahan kuntitatif anak bersama keluarga serta perubahan pola pendidikan/ belajar mengajar, lalu ada Program pelarangan berdagang di sekitar sekolah yang tujuannya untuk menghidari jajanan/makanan yang mengandung bahan berbahaya dan memupus prilaku konsumerisme bagi anak sekolah. Dan tak kalah penting, Bupati yang satu ini rajin sekali menggelar acara pagelaran atau arak-arakan atau festival yang mempunyai makna yang dalam yaitu pelestarian budaya sunda, sehingga diharapkan kota Purwakarta menjadi KOTA ISTIMEWA  yang dapat menarik investor serta sebagai tempat tujuan wisata.
Masih ada lagi program-program yang menjadi unggulannya yang akan kami ulas dalam artikel lainnya. Dibalik sepak terjang Kang Dedi dengan berbagai program yang dijalankannya, tentu kita penasaran dengan sosok beliau dan ingin mengenal lebih dalam siapa sebenarnya seorang Dedi Mulyadi. Siapa Ibu-Bapaknya, kapan dan dimana beliau lahir dan sebagainya. Berikut ini adalah kisah kehidupan masa lalu beliau yang kami kutip langsung dari blog milik pribadinya.      
Saya Dedi Mulyadi, dilahirkan dari keluarga sederhana di Kampung Sukadaya, Desa Sukasari, Kabupaten Subang pada tanggal 11 April 1971. Saya adalah anak bungsu dari 9 bersaudara, putra pasangan Sahlin Ahmad Suryana dan Karsiti. Ayah saya adalah seorang pensiunan Tentara Prajurit Kader yang dipensiunkan muda pada usia 28 tahun akibat sakit yang diderita sebagai dampak racun mata-mata kolonial, sementara ibu saya, yang tidak bersekolah, pada waktu mudanya merupakan aktivis Palang Merah Indonesia.
Saya konon dilahirkan dengan sulit oleh ibu. Butuh 3 hari 3 malam hingga persalinan baru bisa selesai dengan bantuan seorang bidan. Di masa kecil, saya senang sekali bermain perang-perangan dan setiap kali bermain, saya selalu mengambil peran sebagai komandan dengan pangkat Kolonel, sementara teman-teman sebaya diberi pangkat kopral. Masa kanak-kanak saya habiskan dengan menggembala ternak, menyabit rumput dan mengumpukan kayu bakar yang bertahan dari sejak SD sampai tamat SMA.
Meskipun pernah tidak naik kelas pada saat duduk di kelas 1, selama menjadi siswa SD, saya selalu menjadi Ketua Kelas dan mendapat ranking pertama pada setiap tahunnya.
Jenjang pendidikan SMP saya lalui dengan keprihatinan. Untuk mencapai sekolah saja, jarak yang harus ditempuh setiap hari lebih kurang 20 KM, itu pun ditempuh dengan menggunakan sepeda dengan kondisi yang alakadarnya. Mulai dari sepeda yang dibeli dari hasil jerih payah sendiri seharga Rp 3.500,- hingga sepeda yang berharga Rp 120.000,- dari hasil penjualan kambing yang saya pelihara.
Postur tubuh yang kecil, mengakibatkan saya dijuluki si Unyil, namun tidak menjadi hambatan untuk dikenal karena kemampuan saya dalam berpidato, berdakwah dan membaca puisi, serta selalu menjadi juara dalam bidang puisi, dakwah dan pidato.
Masa SMA saya lewati dengan keprihatinan pula, bersekolah sambil menjadi tukang juru photo, berjualan layang-layang, menjadi penarik ojek, segala hal yang bisa menghasilkan uang saya lakukan, seperti berjualan es dan agar-agar.
Setamat SMA, saya gagal masuk AKABRI dan Secaba TNI AD. Kemudian saya pindah ke Purwakarta dan tinggal bersama kakak yang hidupnya sangat pas-pasan. Kami tinggal di rumah kontrakan yang hampir roboh. Selama 3 tahun saya tidak mengenal kasur, karena saya harus tidur dengan hanya beralaskan lantai.
Jenjang pendidikan saya lanjutkan dengan kuliah di STH Purnawarman Purwakarta, sambil berjualan makanan di kantin SMEA Purnawarman serta aktif sebagai Ketua HMI Cabang Purwakarta. Berbagai peristiwa pedih saya alami, sampai saya pernah tidak makan selama tiga hari karena tidak punya uang untuk membeli nasi, karena uangnya habis untuk operasional kegiatan organisasi.
Untuk menyelesaikan kuliah dan menyusun skripsi, saya melakukan penelitian, sambil kerja sebagai tenaga kontrak di PT. Indho Bharat Rayon, dengan upah yang hanya Rp 200.000,- Kemudian saya berhenti dan bekerja menjadi tenaga administrasi di PT. Binawan Praduta. Berhenti dari situ saya berjualan beras ke kantin dan pabrik-pabrik yang ada di Kabupaten Purwakarta.
Pada Tahun 1999, saya menjadi anggota DPRD Kabupaten Purwakarta dan menjabat sebagai Ketua Komisi E, dan sangat dikenal luas terutama oleh kalangan birokrat, politisi, kalangan muda serta mahasiswa akan kritik dan kemampuan argumentasi. Saya masuk kerja sebagai Anggota DPRD pukul 06.00 pagi dan pulang pukul 18.00 sore. Pada Tahun 2003 nasib mengantarkan saya menjadi Wakil Bupati Purwakarta dan pada Tahun 2008, melalui mekanisme Pilkada langsung, saya dipercaya oleh rakyat Purwakarta menjadi Bupati Purwakarta periode 2008-2013.
Demikian sekelumit kisah hidup saya, yang menjadi kenangan serta pengalaman yang sangat berharga bagi saya dalam menjalani kehidupan sebagai pribadi dan pimpinan daerah di Kabupaten Purwakarta.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan untuk komentar, pertanyaan, saran atau kritik dengan tidak mengandung isu SARA dan POLITIK

Beranda