Selasa, 30 September 2014

Tentang Blog Forum Warga Jatimekar Jatiluhur

Blog Forum Komunikasi Warga Jatimekar-Jatiluhur, merupakan Blog multi-fungsi, yaitu sebagai sarana untuk berkomunikasi dan ber- interaksi baik itu sesama warga maupun dengan Pemerintahan Desa. Blog inipun menyediakan ruang media berbagai informasi yang dibutuhkan tidak hanya untuk kepentingan warga Jatimekar-Jatiluhur, namun diharapkan dapat bermanfa’at bagi masyarakat luas.

Selain dari itu, melalui Blog ini, mudah-mudahan dapat menumbuhkan kepedulian, peran serta dan partisipasi masyarakat terkait dengan diberlakukannya Undang-Undang RI Tentang Desa Nomor 6 Tahun 2014, untuk ikut mendukung, mengusulkan atau merencanakan, mengawasi dan melakukan evaluasi pelaksanaan program pembangunan desa dan program-program yang lainnya.

Dengan Undang-Undang yang baru tersebut, mari kita sambut babak baru dalam membangun desa baik itu pembangunan fisik/infrastruktur maupun pembangunan non fisik.

Senin, 29 September 2014

Jokowi dan Budiman Sudjatmiko Anggota DPR Komisi II Bahas UU Desa

Jakarta - Menjelang petang, politikus PDIP Budiman Sudjatmiko meninggalkan ruang kerja presiden terpilih Joko Widodo di Balai Kota, Jakarta Pusat. Kehadiran anggota DPR komisi II ini memang terbilang lama sebab pertemuan sejak pagi hari tadi sekitar pukul 09.00 WIB. Apa saja yang dibahas?
"Bicara desa, beliau bertanya lebih detail lagi soal undang-undang desa. Beliau sudah baca dan tanya kondisi lapangan, anggaran desa berapa per tahun. Tiap desa berebeda-beda nggak bisa dipukul rata. Menurut APBN 2015, Rp 64 triliun plus APBD ada Rp 40 triliun lagi," ujar Budiman di Balai Kota, Jl Medan Merdeka Selatan, Jakpus, Selasa (9/9/2014).



"Terus desa cocoknya berapa rata-rata Rp 1,4 miliar per desa itu pas, kalau bisa dipertahankan saya jamin kemiskinan atau rumah kumuh bisa dihentikan," lanjutnya. Budiman menjelaskan, Jokowi berencana untuk meningkatkan anggaran bagi desa apabila memiliki prestasi yang gemilang. Dikatakannya, sumber dana untuk alokasi ke desa bisa diperoleh dari 14 kementerian yang memiliki fokus pembangunan dan dana subsidi.

Senin, 22 September 2014

Kepedulian PJT II-Distribusikan Air Bersih

SUKASARI-Melalui Program kemitraan dan bina lingkungan (PKBL) PJT II menyalurkan dana CSR dengan melaksanakan pendistribusian air bersih ke Desa Kutamanah Kecamatan Sukasari. Hal itu dilakukan PJT II setelah menerima surat permohonan bantuan air bersih dari pihak Pemdes Kutamanah khususnya dusun II.Menyikapi permohonan warga tersebut, PJT II akhirnya mengirimkan bantuan air bersih ke rumah rumah warga dan penampungan air milik bersama masyarakat.Kepala Unit PKBL Warsa bersama Humas PJT II diketahui sejak Rabu (13/9) lalu hingga beberapa hari ke depan terus melakukan pendistribusian air bersih ke desa tersebut.

Pemkab Purwakarta Siap Kerahkan Tanki Air ke Daerah Krisis Air

Krisis air dampak dari musim kemarau sudah dirasakan oleh berbagai masyarakat diberbagai daerah, termasuk di Kabupaten Purwakarta, oleh sebab itu Pemkab Purwakarta berupaya secepat mungkin menanggulangi masalah tersebut dengan segera mengirimkan tanki – tanki pengangkut air bersih ke berbagai tempat yang mengalami krisis air di Purwakarta. hal itu seperti diungkapkan oleh Bupati Purwakarta. H. Dedi Mulyadi,SH., di Gedung Negara. Senin (8/9). menanggapi hal tersebut, Dedi berupaya untuk segera mungkin mengirimkan air ke berbagai daerah, termasuk menekan PJT II dan PJB Cirata untuk segera

Sabtu, 20 September 2014

Pahlawan Teraniaya

 

SURAT TERBUKA
Pahlawan teraniaya

Tentu kita sudah tidak asing lagi dengan gambar diatas, pembangunan proyek Bendungan Jatiluhur, 52 tahun yang lalu.
Perhatikan orang-orang yang di dalam photo tersebut. Siapakah mereka?
Saya tidak kenal dengan mereka....generasi yang sekarang tentu tidak akan mengenalnya...namun saya tahu mereka telah sangat berjasa, tidak saja bagi kita yang tinggal di Jatiluhur atau Purwakarta...bahkan berjasa bagi bangsa. Proyek Jatiluhur dibangun dengan maksud yang sangat mulia, dimana sejak mulai dioperasikannya, sekitar 240,000 ha lahan persawahan dapat hidup dari air yang ditampung Bendungan Jatiluhur hingga sekarang. Sehingga berdampak tidak saja menguntungkan para petani, namun beras yang dihasilkannya telah menggerakkan roda perekonomian bagi masyarakat luas. Dengan adanya Bendungan Jatiluhur orang-orang Jakarta tidak lagi kesulitan bahan baku air minum. Begitu pula dengan energi listrik yang dihasilkan, sudah beribu-ribu bahkan berjuta orang menikmatinya.

Usaha Kreatif – Abon Ikan Nila Jatiluhur

Abon Ikan Nila Komariah
Peluang bisnis dari sektor pertanian/ perikanan selalu terbuka lebar, baik dari hasil pertanian/perikanan itu sendiri, maupun dari pengolahan dasil pertanian/perikanan. Hasil pertanian/perikanan yang kurang kompetitif nilainya, membuka peluang untuk mendapatkan nilai lebih melalui pengolahan lebih lanjut sebagaimana yang dilakukan Komariah (36), yang hanya lulusan SD, berikut ini.

Atlet Dayung asli Jatiluhur


Sepak terjang Warisno (40) di cabang olahraga dayung sebenarnya tidak terlalu menonjol. Namun, semangatnya menularkan ilmu telah melahirkan bibit-bibit atlet dayung dari tepi Waduk Ir H Djuanda, Jatiluhur, Kabupaten Purwakarta, Jawa Barat.
Berbekal pengalaman, relasi, dan keinginan kuat, Warisno merintis mimpinya tiga tahun lalu. Dia memperkenalkan olahraga dayung kepada anak-anak di sekitar tempat tinggalnya di Kampung Tegalbuah, Desa Jatimekar, Kecamatan Jatiluhur, dengan peralatan dan fasilitas seadanya.

Bupati Dedi Murak Timbel Bareng anak SD (Inspeksi Mendadak dalam rangka realisasi surat edaran yang dikeluarkannya)


[Purwakarta] – Bupati Purwakarta, H. Dedi Mulyadi, SH menggelar “Sidak” ke sejumlah sekolah dasar di purwakarta. Sidak ini terkait surat edarannya kepada seluruh sekolah SD untuk melarang siswanya dari kebiasaan Jajan dan membiasakan makan makanan yang dibawanya dari rumah. Seperti yang dilakukannya di SD negeri 1 Cilegong kecamatan jatiluhur, selasa (26/08) pagi. Selain sidak, Dedi pun ikut menggelar Murak Timbel (makan nasi-red) bareng pelajar di sekolah tersebut.

Purwakarta Diakui Dunia sebagai Kota Welas Asih

(Purwakarta) – Compassion In Action, International Inc. sebuah organisasi nirlaba internasional menganugerahi kabupaten Purwakarta sebagai salahsatu Compassionate City alias “Kota Welas Asih” di dunia. Ini artinya purwakarta sejajar dengan kota Seattle di Amerika Serikat, Gaziantep di Turki dan Capetown di Afrika Selatan, serta beberapa kota lain di dunia sebagai kota yang memancarkan rasa cinta kasih antar sesama. Di Indonesia sendiri, baru kabupaten Banyuwangi dan Purwakarta yang berpredikat sebagai kota Compassionate City.

Dapat Laporan Rumah Mau Rubuh Dari SMS Center , Bupati Langsung Tinjau Lokasi

 (Purwakarta),-Upaya Dedi Mulyadi dalam meningkatkan kesejahteraan bagi masyarakat terus dilakukan, salah satunya adalah dengan mengunjungi dan memberikan bantuan secara langsung berupa uang tunai untuk memperbaiki rumah dua  warga Desa Bungursari . Selasa (16/9).
Dedi menuturkan bahwa kedatangan dirinya untuk melihat secara langsung kondisi salah satu rumah warga Desa Bungursari yang hampir roboh , hal itu diketahuinya dari laporan yang masuk melalui sms center.”ada laporan ke  sms center dari warga bahwa disini ada rumah yang mau roboh, ngeri juga kan kalau ada rumah yang roboh dan menimpa warga makanya kita langsung meninjau kesini.”, ungkapnya.

Rekor Muri untuk Purwakarta

Rekor Muri Arak-arakan Tumpeng
Kabupaten Purwakarta pecahkan rekor Museum Rekor Dunia Indonesia (Muri) dengan mengarak 37.687 tumpeng, Sabtu (16/7). Pemecahan rekor ini sebagai bagian hari jadi Purwakarta dan melibatkan ratusan PNS, pengusaha, dan masyarakat untuk membuat nasi tumpeng secara serentak yang diarak ke jalan. Arak-arakan tumpeng dimulai di depan Kantor Kecamatan Purwakarta, Jalan Veteran menuju Gedung Nakula Sadewa di Jalan Kolonel Kornel Singawinata. Menariknya, dalam arak-arakan tersebut ada dua kereta kencana yang didatangkan langsung dari Solo. 

APBD PURWAKARTA

Purwakarta, purunews.com- Bupati Purwakarta, Dedi Mulyadi, mengatakan, belanja pegawai dan belanja kantor menghabiskan dana Rp 722 miliar dari jumlah APBD Rp 1,4 triliun. Itu artinya, anggaran yang digunakan Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Purwakarta untuk membangun kebutuhan masyarakat Purwakarta hanya Rp 400 miliar.
Melihat itu, Dedi berharap, agar pembangunan di Purwakarta dapat maksimal, perlu dukungan dari semua pihak termasuk para wajib pajak daerah, dalam hal ini pengusaha restoran, hotel, dan lainnya. "Jangan takut pajak saudara-saudara diselewengkan. Niatan kita bersama adalah untuk kesejahteraan masyarakat Purwakarta,” desak Dedi disela acara sosialisasi Wajib Pajak Daerah yang diikuti para wajib pajak, pengelola hotel, restoran dan yang lainnya, di aula Janaka Setda Purwakarta.

Jumat, 19 September 2014

Linmas atau Hansip di Purwakarta dirubah menjadi Badega Lembur

(Purwakarta),-Menyusul adanya pencabutan Kepres No 55/1957 tentang Penyempurnaan Organisasi Pertahanan Sipil (Hansip) dan Wakamra yang tertuang dalam Peraturan Presiden No 88/2014. Bupati Purwakarta H. Dedi Mulyadi,SH., memiliki inisiatif lain yaitu dengan merubah nama  hansip dengan Badega Lembur, hal itu diungkapkannya disela–sela pertemuan dengan hansip se Purwakarta yang diikuti hampir 2000 anggota hansip maupun linmas baik pria maupun wanita. Jumat, (19/9) di Halaman Bale Maya Datar (Tribun Alun – alun Kiansantang Purwakarta).

Kamis, 18 September 2014

Program Kemitraan dan Bina Lingkungan (PKBL)

PKBL (Program Kemitraan dan Bina Lingkungan) merupakan Program Pembinaan Usaha Kecil dan pemberdayaan kondisi lingkungan yang wajib dijalankan oleh BUMN (Badan Usaha Milik Negara) melalui pemanfaatan dana dari bagian laba BUMN. Jumlah penyisihan laba untuk pendanaan program maksimal sebesar 2% (dua persen) dari laba bersih untuk Program Kemitraan dan maksimal 2% (dua persen) dari laba bersih untuk Program Bina Lingkungan, sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara No. PER-05/MBU/2007 tanggal  27 April 2007 tentang Program Kemitraan BUMN dengan Usaha Kecil dan Program Bina Lingkungan.
Program Kemitraan
Program Kemitraan BUMN dengan Usaha Kecil adalah program untuk meningkatkan kompetensi usaha kecil agar menjadi tangguh dan mandiri melalui pemanfaatan dana dari bagian laba BUMN
Program Bina Lingkungan
Program Bina Lingkungan yang selanjutnya disebut Program BL adalah program pemberdayaan kondisi sosial masyarakat oleh BUMN di wilayah usaha BUMN tersebut melalui pemanfaatan dana dari bagian laba BUMN. Obyek Bantuan yang dapat diberikan bantuan dana Program Bina Lingkungan adalah : Korban Bencana Alam, Pendidikan dan atau Pelatihan, Peningkatan Kesehatan Masyarakat, Pengembangan Prasarana dan Sarana Umum, Bantuan Sarana Ibadah serta Pelestarian Alam.

Selasa, 16 September 2014

Kota Purwakarta

Gambaran Umum

Kabupaten Purwakarta adalah sebuah kabupaten di Propinsi Jawa Barat, Indonesia yang terletak ±80km kesebelah timur Jakarta. berbatasan dengan Kabupaten Karawang di bagian Barat dan sebagian wilayah Utara, Kabupaten Subang di bagian Utara dan sebagian wilayah bagian Timur, Kabupaten Bandung di bagian Selatan, dan Kabupaten Cianjur di bagian Barat Daya.
Kabupaten Purwakarta berada pada

Sabtu, 13 September 2014

Album Photo Pembangunan Bendungan Jatiluhur

Marilah kita sejenak mengenang masa pembangunan Bendungan Jatiluhur yang kita banggakan melalui photo-photo dokumentasi berikut, yang dibuat 52 tahun yang lalu.


Pembangunan Bendungan Jatiluhur Bagian Satu
ALBUM PERTAMA

Pembangunan Bendungan Jatiluhur Bagian Dua
ALBUM KE-DUA

Pembangunan Bendungan Jatiluhur Bagian Tiga
ALBUM KE-TIGA

Peresmian Bendungan Jatiluhur
ALBUM EMPAT

Pidato Presiden Soeharto Pada Upacara Peresmian Bendungan Jatiluhur
ALBUM KE-LIMA

Bendungan Jatiluhur sekarang
ALBUM KE-ENAM

Selasa, 09 September 2014

Lambang Kabupaten Purwakarta


Logo PWK

ARTI LAMBANG
Segi berwarna hitam berpelat merah, dimaksudkan bendungan serba-guna Jatiluhur, yang merupakan kebanggaan dan kemakmuran masyarakat Purwakarta.
Lengkung berwarna hijau gelombang putih dan biru, dimaksudkan Situ Buleud.
Rumah berwarna merah dan kuningmenggambarkan Gedung Karesidenan yang bersejarah, keagungan daerah Purwakarta. Atapnya berbentuk gunung Tangkuban Perahu, dihubungkan dengan legenda rakyat, mengenai bendungan sungai, cerita Sangkuriang.

Pelantikan anggota DPRD Purwakarta

INILAH.COM, Purwakarta - Sebanyak 45 anggota dewan di Purwakarta yang terpilih saat Pileg 2014 lalu resmi dilantik, Selasa (6/8) di Gedung DPRD Purwakarta, Jalan Ir Djuanda (Ciganea). Untuk masa bakti 2014-2019, kantor dewan akan dihuni 70 persen wajah baru.
Pantauan INILAH.COM, prosesi penyampaian sumpah jabatan yang dipimpin Ketua Pengadilan Negeri Purwakarta, Cepi Iskandar berlangsung khidmat. Selain unsur Muspida, para Ketua Partai dan Ketua penyelenggara pemilu, rapat pleno tersebut turut dihadiri

Sejarah Purwakarta


MASA SEBELUM PENJAJAHAN BELANDA
Keberadaan Purwakarta tidak terlepas dari sejarah perjuangan melawan VOC. Sekitar abad 17 Sultan mataram mengirimkan bala tentaranya yang dipimpin oleh Bupati Surabaya ke Jawa Barat. Tujuannya adalah menundukan Sultan Banten, namun dalam perjalanannya bentrok dengan pasukan VOC sehingga terpaksa mengundurkan diri. Setelah itu dikirimkan kembali ekspedisi kedua pasukan Mataram di bawah pimpinan Dipatiukur dan mengalami nasib yang sama.
Untuk menghambat perluasan kekuasaan Kompeni (VOC),

Anggota DPRD Purwakarta


Tanggal 6 Agustus lalu, telah dilantik Wakil Rakyat kita hasil Pemilihan Legislatif 2014. Ada beberapa partai politik yang tidak dapat meloloskan calonnya, yaitu : PKS, PBB dan PKPI.
Ini dia ke-45 anggota DPRD terpilih Kabupaten Purwakarta untuk masa bakti 2014-2019, berdasarkan partai politiknya:

Bantuan Provinsi Rp.100juta untuk desa


Bantuan provinsi Rawan Jadi Bancakan

 GMMP: Dana Harus Diawasi Ketat
PURWAKARTA,RAKA- Belum lama ini, puluhan desa di Purwakarta mendapat kucuran dana masing-masing Rp 100 juta. Anggaran tersebut digelontorkan Pemprov Jabar untuk kegiatan pembangunan dan pengembangan fasilitas kantor desa.
Waktu pencairannya yang bersamaan dengan moment hari raya Idul Fitri, membuat dana tersebut besar potensinya untuk disalahgunakan, bahkan tidak menutup kemungkinan dijadikan dana bancakan. Terlebih dibeberapa desa penerima hingga kini terpantau belum dilakukan pengerjaan bangunan. Padahal, anggaran sejak jauh hari telah dicairkan. "Dana ini harus diwaspadai dan diawasi ketat penggunaannya," kata Ketua Gerakan Moral Masyarakat Purwakarta (GMMP) Hikmat Ibnu Aril, Minggu (10/8).

Profil Perum Jasa Tirta II


Profil Perusahaan
BUMN Indonesia Kementrian Badan Usaha Milik Negara Republik Indonesia Tahun 2012
Perum Jasa Tirta II
Jl. Lurah Kawi, Jatiluhur - Purwakarta - Jawa Barat
Telp. (62-264) 201 972, Fax. (62-264) 201 972
Website : www.jasatirta2.co.id
Kepemilikan / Ownership : Pemerintah / Government 100%


Sekilas Perseroan

Perum Jasa Tirta II (“PJT II”) didirikan berdasarkan Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 8 Tahun 1967 dengan nama Perusahaan Negara (PN) Djatiluhur. Berdasarkan PP Nomor 20 Tahun 1970 juncto PP No 35 Tahun 1980, Perusahaan Negara (PN) Djatiluhur berubah status menjadi Perum Otorita Jatiluhur (POJ).

Sejarah Pembangunan Bendungan Jatiluhur


1.  Gambaran Umum

Bendungan adalah setiap penahan buatan, jenis urugan batu atau jenis lainnya, yang menampung air atau dapat menampung air baik secara alamiah maupun buatan, termasuk pondasi, bukit/tebing tumpuan, serta bangunan pelengkap dan peralatannya. Dalam pengertian ini termasuk juga bendungan limbah galian tetapi tidak termasuk bendung dan tanggul. Dari segi konstruksi bendungan terdiri dari
bendungan urugan dan bendungan beton. Bendungan urugan terdiri dari bendungan urugan serba sama (homogenous), bendungan urugan batu dengan lapisan kedap air di dalam tubuh bendungan (claycore rockfill dam, zone dam) dan bendungan urugan batu dengan lapisan kedap air di muka (concrete face rockfill dam). Sedang bendungan beton terdiri dari bendungan beton berdasar berat sendiri (concrete gravity), bendungan beton dengan penyangga (buttress dam), bendungan beton berbentuk lengkung (concrete arch dam), dan bendungan beton berbentuk lebih dari satu lengkung (multiple arch dam) (sumber KNI-BB). Berdasarkan ukurannya Bendungan Jatiluhur termasuk ke dalam bendungan besar.
Air yang ditampung akibat dibangunnya bendungan biasanya digunakan untuk irigasi, pasok air baku untuk air minum, industri dan perkotaan, perikanan serta pembangkitan listrik. Manfaat lain bendungan adalah untuk pengendalian banjir dan pariwisata. Disamping untuk menampung air, bendungan juga dibangun untuk menampung material lain, seperti buangan / limbah pertambangan dan lahar dingin. Bendungan untuk menahan lahar dingin disebut juga bendungan sabo (sabo dam).
Setelah perang Dunia Kedua, terkait dengan peningkatan populasi yang tajam, kebutuhan pangan dan listrik, baik untuk rumah tangga maupun industri, meningkat pesat. Pemerintah Indonesia memutuskan untuk melaksanakan pembangunan bendungan besar di utara Provinsi Jawa Barat, untuk memenuhi penyediaan pangan dan listrik tersebut.
Selama masa pelaksanaan, proyek pembangunan ini dinamakan “Jatiluhur Multipurpose Project” dan setelah penyelesaiannya dinamakan menjadi Bendungan dan Pembangkit Listrik Juanda, sebagai kenang-kenangan atas peran Perdana Menteri terakhir Indonesia Ir. H. Djuanda dalam terwujudnya pembangunan Bendungan Jatiluhur.
Pada dasarnya proyek pembangunan Bendungan Jatiluhur dibuat untuk keperluan irigasi dan listrik, namun memiliki tujuan lainnya, yakni pasok air baku, pengendalian banjir, penggelontoran kota, perikanan darat, dan pariwisata.

2. Lokasi Bendungan Jatiluhur
Bendungan Jatiluhur berjarak kurang lebih 100 km arah Tenggara Jakarta, yang dapat dicapai melalui jalan tol Jakarta Cikampek dan jalan tol Cipularang (ruas Cikampek – Jatiluhur), dan 60 km arah Barat Laut Bandung, yang dapat dicapai melalui jalan tol Cipularang (ruas bandung – Jatiluhur). Dari Kota Purwakarta sekitar 7 km arah barat. Berdasarkan koordinat geografis, posisi Tubuh Bendungan Jatiluhur berada pada 6o31’ Lintang Selatan dan 107o23’ Bujur Timur. Kotak merah pada gambar kiri menunjukkan posisi Bendungan Jatiluhur pada peta.
Bendungan Jatiluhur merupakan bendungan terbesar di Indonesia, membendung aliran Sungai Citarum di Kecamatan Jatiluhur – Kabupaten Purwakarta – Provinsi Jawa Barat, membentuk waduk dengan genangan seluas ± 83 km2 dan keliling waduk 150 km pada elevasi muka air normal +107 m di atas permukaan laut (dpl).  Gambar 3-5 adalah denah area Waduk Jatiluhur sebelum dan sesudah penggenangan. Luas daerah tangkapan Bendungan Jatiluhur adalah 4.500 km2. Sedangkan luas daerah tangkapan yang langsung ke waduk setelah dibangun Bendungan Saguling dan Cirata di hulunya menjadi tinggal 380 km2, yang merupakan 8% dari keseluruhan daerah tangkapan. Daerah tangkapan (upper Citarum) meliputi wilayah Kabupaten Bandung, Kabupaten Bandung Barat, Kota Bandung, Kota Cimahi, Kabupaten Cianjur dan Kabupaten Purwakarta. Pada Awalnya dirancang memiliki kapasitas tampungan 3 milyar m3, namun saat ini tinggal 2,44 milyar m3 (hasil pengukuran batimetri tahun 2000) akibat sedimentasi. Namun demikian setelah dibangun Bendungan Saguling dan Cirata di atasnya, laju sedimentasi semakin menurun. Bendungan Jatiluhur merupakan bendungan multiguna, dengan fungsi sebagai pembangkit listrik dengan kapasitas terpasang 187,5 MW, pengendalian banjir di Kabupaten Karawang dan Bekasi, irigasi untuk 242.000 ha, pasok air untuk rumah tangga, industri dan penggelontoran kota, pasok air untuk budidaya perikanan air payau sepanjang pantai utara Jawa Barat seluas 20.000 ha, dan pariwisata.

3.  Sungai Citarum
Sebagai sungai terpanjang dan terbesar di Jawa Barat, mengalir sepanjang lebih kurang 270 km dari mata air di Gunung Wayang di Kabupaten Bandung, sampai muaranya di Laut Jawa dengan melalui Kabupaten Bandung, Kabupaten Bandung Barat, Kabupaten Cianjur, Kabupaten Purwakarta, membagi daerah administrasi Kabupaten Karawang dan Kabupaten Bekasi dari Kedung Gede ke hilir dan berakhir dari Muara Gembong sebagai muara Sungai Citarum ke Laut Jawa. Sungai Citarum memiliki volume aliran tahunan rata-rata 5,5 milyar m3, luas DAS 6.600 km2. Memiliki tinggi curah hujan tahunan rata-rata 2.353 mm, dengan 80% hujan jatuh pada periode November – Mei.
Sungai Citarum dengan beberapa sungai lainnya di Jawa Barat bagian utara, yaitu: Ciherang, Cilamaya, Cijengkol, Ciasem, Cigadung, Cipunegara, dan Cilalanang membentuk suatu wilayah hidrologis yang terintegrasi, dengan satuan hidrologis seluas 1.100.000 ha. Gambar di bawah ini adalah Mata Air Pangsiraman, yakni salah satu dari tujuh mata air Sungai Citarum yang berada di Gunung Wayang – Ciwidey. Nama keenam mata air Sungai Citarum lainnya adalah Cikahuripan, Cikawedukan, Cisanti, Cikaloberes, Cisadane/Cihaliwung dan Cikadugalan/Cipaedah. Ketujuh mata air ini berada pada area Situ Cisanti yang memiliki ketinggian +2.180 m dpl.

4. Gagasan Pembangunan Bendungan
Gagasan pembangunan bendungan di Sungai Citarum dudah dimulai pada abad ke-19 oleh para ahli pengairan pada waktu itu dengan telah dilakukannya survey awal antara lain survey topografi dan hidrologi. Bahkan pengukuran debit Sungai Citarum untuk keperluan bendungan dan irigasi telah di mulai pada tahun 1888.
Gagasan pembangunan tersebut kemudian dikembangkan dan disempurnakan oleh Prof. Dr. Ir. W.J. van Blommestein, seorang ahli pengairan Belanda pada tahun 1930. Gagasan ini untuk pertama kali dipresentasikan pada pertemuan tahunan Persatuan Insinyur Kerajaan Belanda (Koninklijk Instituut van Ingenieurs atau KIVI) tanggal 18 Desember 1948 di Jakarta dengan judul “Een Federaal Welvaartsplan voor het Westelijk Gedeelte van Java”. Ketika itu, Prof. Ir. W.J. van Blommestein, Kepala Perencanaan Jawatan Pengairan Belanda, sudah melakukan survey secara lebih rinci untuk membuat rencana pembangunan tiga waduk besar di sepanjang aliran sungai Citarum; Saguling (sebelumnya dinamakan Waduk Tarum oleh Prof. Ir. W.J. van Blommestein), Cirata dan Jatiluhur.
Selanjutnya Prof. W.J. van Blommestein  sampai kepada sebuah gagasan dimana selain potensi tiga waduk di Sungai Citarum, juga ada potensi pengembangan antar Daerah Aliran Sungai (DAS) untuk sungai-sungai di Pulau Jawa, yang dikenal dalam tulisannya berjudul “A Development Project for the Island of Java and Madura” pada Agustus 1979. Gagasannya waktu itu adalah Jatiluhur hanya dikembangkan untuk kepentingan irigasi dan pembangunan kanal untuk transportasi air dari Anyer sampai Surabaya melewati Solo.
Prof. Ir. Wilem Johan van Blommestein lahir di Kertasura Kota Solo tanggal 15 Mei 1905 dan meninggal pada tanggal 11 Agustus 1985. Kuliah di Institut Teknologi Bandung pada tahun 1924 dan lulus dengan mendapar gelar insinyur pada tahun 1928. Pada ini juga beliau langsung ditugaskan ke wilayah afdeling Karawang. Setahun kemudian beliau pindah ke Purworejo, bekerja sebagai insinyur dibidang keirigasian. Tahun 1931 sampai 1934 beliau bertugas di Yogyakarta.
Karya lainnya adalah salah satu bendungan terbesar di dunia yang dibangun di Suriname, yang kemudian diberi nama Bendungan Blommestein. Bendungan ini memiliki luas genangan 1.560 km2, dengan tinggi 54 m. Panjang puncak bendungan keseluruhan 12.000 m. Luas daerah tangkapan 12.000 km2. Bendungan mulai dibangun tahun 1960 dan selesai tahun 1964.
Gagasan Prof. Dr. Ir. W.J. van Blommestein kemudian dikaji ulang oleh Ir. Van Scravendijk tahun 1955 dengan tulisan berjudul “Integrated Water Resources Development in Citarum River Basin” (240,000 ha sawah). Gagasan ini kemudian dilengkapi oleh Ir. Abdullah Angudi tahun 1960 melalui nota pengelolaan sehingga menjadi Rencana Induk Pengembangan Proyek Serbaguna Jatiluhur.
Gagasan untuk membangun sebuah bendungan di aliran sungai Citarum dirintis kembali pada era tahun 1950-an. Ir. Agus Prawiranata sebagai Kepala Jawatan Irigasi waktu itu mulai memikirkan pengembangan jaringan irigasi untuk mengantisipasi kecukupan beras dalam negeri. Ketika itu, Indonesia sudah menjadi negara pengimpor beras terbesar dunia. Namun untuk membangun bendungan dengan skala besar, ketika itu masih menjadi  bahan tertawaan, karena Pemerintah RI belum punya uang.
Lalu ide ini dibahas bersama Ir. Sedyatmo, yang ketika itu menjabat sebagai Kepala Direksi Konstruksi Badan Pembangkit Listrik Negara, Direktorat Jenderal Ketenagaan, Departemen Pekerjaan Umum dan Tenaga Listrik. Kebetulan waktu itu PLN punya anggaran dan memang sedang berupaya mencari pengganti sumber daya listrik yang masih menggunakan minyak, karena memang mahal. Lalu, Ir. Sediyatmo menugaskan Ir. P.C. Harjosudirdjo (sekarang; Prof. DR. Ir. P.K. Haryasudirja) ketika itu sebagai Asisten Kepala Direksi Konstruksi PLN, untuk merancang Bendungan Jatiluhur ini.
Sebelum pembangunan Bendungan Jatiluhur, bagian utara Provinsi Jawa Barat telah dibangun beberapa prasarana sumber daya air, seperti Bendung Walahar, Pundong, Salamdarma, Barugbug dan sebagainya. Namun masing-masing prasarana sumber daya air tersebut belum terintegrasi dan sebagaimana fungsi bendung, tidak dapat menampung air dimusim hujan sehingga pada musim hujan selalu banjir dan kekeringan pada musim kemarau. Intensitas tanam (crop intensity) hanya 1, yakni 1 kali tanam setahun. Kemudian daerah pertanian tersebut sebagian besar dikuasai para tuan tanah, dan petani sebagian besar adalah penggarap yang tidak memiliki tanah.
Hal penting yang juga menjadi pertimbangan saat itu, menurut Prof. DR. Ir. P.K. Haryasudilja, ketika itu sebagai Asisten Urusan Jatiluhur yang menangani urusan perencanaan maupun pelaksanaan pembangunannya, adalah pertimbangan suplai air ke Jakarta. Ketika itu pelabuhan Tanjung Priok tak pernah disinggahi kapal-kapal asing, karena tidak cukup air untuk perbekalan kapal. Sehingga kegiatan ekspor-impor dari Tanjung Priok tersendat. Haryasudirja yang membuat spesifikasi bendungan Jatiluhur, mengaku meniru gaya bendungan terbesar di dunia, yaitu bendungan Aswan di Mesir. Menggunakan konsultan dari Perancis yang sudah berpengalaman dalam membangun bendungan besar.

5.  Masa Pembangunan Bendungan Jatiluhur
Bendungan ini mulai dibangun pada tahun 1957 ditandai dengan  peletakkan batu pertama pembangunan oleh Presiden RI pertama Ir. Soekarno.
32
Peresmian Peletakan Batu Pertama Pembangunan Bendungan Jatiluhur Oleh Presiden Pertama RI  Ir.H.Soekarno (1957)

Masa pembangunan Proyek Jatiluhur terbilang unik, sebab sempat mengalami sembilan kali pergantian kabinet dari Kabinet Karya Tahun 1957 sampai Kabinet Ampera Tahun 1967.
Menteri-menteri Pekerjaan Umum dan Tenaga pada masa pembangunan Bendungan Jatiluhur adalah Ir. Pangeran Mohamad Noor, Ir. Sardjono Dipokusumo, Mayjen D. Suprayogi, dan Dr. Ir. Sutami. Tahun 1965 Menteri PUT dalam kompartemen Pembangunan Mayjen D. Suprayogi membawahi 6 kementerian yaitu: Kementerian Listrik dan Tenaga Ir. Setiadi Reksoprodjo, Menteri Pengairan Dasar Ir. Petrus Kanisius Hardjosudirdjo, Menteri Binamarga Mayjen Hartawan Wirjodiprodjo, Menteri Ciptakarya dan Konstruksi David Cheng, Menteri trans Sumatera Ir. Bratanata dan Menteri Negara diperbantukan pada Menteri Koordinator Pekerjaan Umum dan Tenaga Ir. Sutami.
Hal yang perlu dicatat dari periode pembangunan ini adalah Perancis tidak pernah menyelesaikan pembangunan Bendungan Jatiluhur. Pada tanggal 15 Oktober 1965, yakni 15 hari setelah terjadinya peristiwa G30S/PKI, para tenaga ahli asing kembali ke negaranya. Pada saat itu sebagian konstruksi menara pelimpah utama bagian atas belum selesai dan Bendungan pelana Pasirgombong Barat dan timur sama sekali belum dibuat. Penyelesaian pekerjaan yang tersisa tersebut dilaksanakan secara swakelola oleh tenaga ahli dari Indonesia dengan memanfaatkan peralatan yang ditinggalkan.
Namun demikian pada saat peresmian Bendungan Jatiluhur oleh Presiden Soeharto, pekerjaan masih belum selesai seratus persen. Pelimpah pembantu (auxiliary) yang berada di tumpuan kiri Bendungan Pelana Ubrug belum sesuai dengan rencana awalnya, yakni penggunaan pintu radial pada kedua jendelanya. Hal ini disebabkan biaya untuk penyelesaian tidak tersedia lagi.
Agar Bendungan Jatiluhur dapat beroperasi sesuai rencana, pada keempat jendela pelimpah pembantu Ubrug dibuat beton lunak lengkung yang puncaknya mencapai elevasi +111,6 m, yakni elevasi banjir maksimum. Pelimpah pembantu Ubrug dioperasikan dengan cara meledakkan beton lunak lengkung. Namun demikian selama operasi Bendungan Jatiluhur, pelimpah pembantu tersebut belum pernah dioperasikan.
Untuk mengenang jasa Ir. H. Djuanda (nama lengkap Ir. H. R. Djoeanda Kartawidjaja) dalam memperjuangkan pembiayaan pembangunan Bendungan Jatiluhur, bendungan ini dinamakan secara resmi Bendungan Ir. H. Djuanda. Beliau adalah Perdana Menteri RI terakhir dan memimpin kabinet Karya (1957 – 1959). Ir H Djuanda Kartawidjaja, lulusan Technische Hogeschool (Sekolah Tinggi Teknik) – sekarang Institut Teknologi Bandung (ITB), yang sebelumnya pernah menjabat menteri di antaranya Menteri Perhubungan, Pengairan, Kemakmuran, Keuangan dan Pertahanan. Bersama-sama dengan Ir. Sedyatmo, beliau dengan gigih memperjuangkan terwujudnya Proyek Bendungan Jatiluhur di Pemerintah Indonesia dan forum internasional (lihat : Tentang Ir. H. Djuanda).
Berikut adalah tenaga ahli/insinyur periode awal pembangunan Bendungan Jatiluhur:
1. Ir. Patti (tidak sampai selesai)
2. Ir. Masduki Umar
3. Ir. Ahmad Musa
4. Ir. Donardi Senosarto
5. Ir. Sutopo
6. Ir. Sudarjo
7. Ir. Asban Basiran (saat ini masih membantu Direksi PJT II sebagai Tenaga Senior dibidang Bendungan)
8. Ir. Samsiar

6. Demografi Daerah Genangan
Genangan yang terjadi akibat pembangunan Bendungan Jatiluhur menenggelamkan 14 Desa dengan penduduk berjumlah 5.002 orang. Penduduk tersebut kemudian sebagian dipindahkan ke daerah sekitar bendungan dan sebagian lainnya pindah ke Kabupaten Karawang. Sebagian besar penduduk waktu itu bekerja sebagai petani.

7. Produksi Listrik
Produksi listrik pertama dimulai pada tahun 1965 dan disalurkan ke Bandung melalui Saluran udara tegangan tinggi 150 kV milik PLN. Penyaluran ke Jakarta baru dilakukan pada tahun 1966. PLTA unit VI baru dipasang oleh PT. PLN Pikitdro Jabar antara tahun 1979 – 1981 dengan kapasitas 32 MW.



Senin, 08 September 2014

Pahlawan Nasional Ir.H.Djuanda

IR.H.DJUANDA

PERDANA MENTERI INDONESIA KE SEPULUH, 

SEKALIGUS YANG TERAKHIR


Djuanda Kartawidjaja, dilahirkan di
Tasikmalaya 14 Januari 1911. Merupakan anak pertama, dari pasangan Raden Kartawidjaja dan Nyi Monat.
Posting Baru Beranda