SURAT
TERBUKA
Pahlawan
teraniaya
Tentu kita sudah tidak asing lagi dengan gambar diatas, pembangunan proyek Bendungan Jatiluhur, 52 tahun yang lalu.
Perhatikan
orang-orang yang di dalam photo tersebut. Siapakah
mereka?
Saya
tidak kenal dengan mereka....generasi yang sekarang tentu tidak akan
mengenalnya...namun saya tahu mereka telah sangat berjasa, tidak saja bagi kita
yang tinggal di Jatiluhur atau Purwakarta...bahkan berjasa bagi bangsa. Proyek
Jatiluhur dibangun dengan maksud yang sangat mulia, dimana sejak mulai
dioperasikannya, sekitar 240,000 ha lahan persawahan dapat hidup dari air yang
ditampung Bendungan Jatiluhur hingga sekarang. Sehingga berdampak tidak saja
menguntungkan para petani, namun beras yang dihasilkannya telah menggerakkan
roda perekonomian bagi masyarakat luas. Dengan adanya Bendungan Jatiluhur
orang-orang Jakarta tidak lagi kesulitan bahan baku air minum. Begitu pula
dengan energi listrik yang dihasilkan, sudah beribu-ribu bahkan berjuta orang
menikmatinya.
Proyek
Jatiluhur adalah salah satu keputusan yang berani oleh Pemerintah, dengan
anggaran atau dana yang sangat terbatas dimana sebagian berasal pinjaman luar
negri, namun Alhamdulillah akhirnya dapat terselesaikan.
“Saya
yakin semua orang yang datang dan berjalan memutari turbin, pasti hatinya
bergetar melihat bangunan yang sangat megah tersebut dan terheran-heran
bagaimana orang bisa membuatnya”.
Mereka, para pekerja
proyek dan yang mengoperasikannya pertama kali adalah putra bangsa dengan pengabdian
sejati. Dulu, mereka tidak boleh memperhitungkan keringat, tenaga, pikiran
dengan upah yang diterimanya yang sangat tidak sebanding saat itu, bahkan
keselamatan jiwapun mereka pertaruhkan. Kecelakaan demi kecelakaan terjadi
sehingga tercatat telah merenggut sebanyak 150 jiwa dan puluhan orang
mendapatkan cacat permanen selama pengerjaan proyek Jatiluhur akibat terjatuh
dan sebagainya ( klik "show" dibawah). Itu belum termasuk dampak yang dialami oleh para operator yang
bekerja di dalam terowongan yang dulu belum mepunyai sistem sirkulasi udara seperti sekarang.
Catatan kecelakaan dalam pidato peresmian
NAMUN SANGAT DISAYANGKAN.......
Orang-orang
yang sekarang sebagai generasi penerusnya ternyata tidak menghargai jasa dan
pengorbanan mereka yang saat ini sudah pensiun. Mereka yang menurut saya adalah
para pejuang dan telah sangat berjasa, sekarang disuruh meninggalkan rumah yang
telah ditempatinya berpuluh tahun dengan tanpa ada ganti rugi.
Tanpa
ada pertemuan dengan para penghuni, pengelola Bendungan (PJT II ) yang menjabat
saat ini sebagai penentu kebijakan, dengan arogannya dan tanpa belas kasihan,
berulang kali melayangkan Surat Pengusiran kepada penghuni rumah dinas yang
berada di desa jatimekar dan yang berada di daerah Curug.
Mereka
memang menempati rumah dan tanah milik negara. Tapi itu adalah sebenarnya
bangunan peninggalan proyek, yang ketika dimulainya Proyek Jatiluhur, saat itu
pula rumah-rumah sebagai tempat tinggal para pekerja dibangun, lalu kemudian
ditempati para pekerja dan oleh pegawai setelah Bendungan beroperasi (karyawan
generasi pertama).
Hingga
akhirnya mereka pensiun, namun tidak ada satupun yang meninggalkan rumah yang
sebenarnya rumah dinas tersebut hingga sekarang. Kenapa ?
KARENA
: TIDAK PERNAH ADA PERINTAH
PENGOSONGAN RUMAH OLEH JAJARAN DIREKSI YANG DULU.
Itulah
salah satu alasan kenapa para pensiunan masih menempati rumah peninggalan
proyek tersebut dan rumah-rumah yang dibangun mulai tahun 1962 itu secara
mandiri dirawat serta dilakukan perbaikan/renovasi dengan biaya yang tidak
sedikit agar bangunan rumah tetap berdiri.
DIREKSI
PJT II SEKARANG YANG TERHORMAT, BAPAK-BAPAK MENGINGINKAN PENGOSONGAN RUMAH ?
Jangan
salahkan para penghuni kenapa masih menempati rumah dinas hingga sekarang, tapi
salahkanlah para DIREKSI yang dulu, kenapa berpuluh tahun kami dibiarkan
menempatinya, setelah pensiun pun tidak ada yang namanya pengosongan apalagi
pengusiran.
kenapa
direksi yang dulu tidak mengusir kami ?
karena
mereka mempunyai hati nurani, mereka menghargai jasa para pensiunan, mereka
menyadari betul para pensiunan benar-benar telah mengabdikan dirinya dalam
bekerja, tidak sebanding dengan gaji yang diterimanya!
Dan
sekarang oleh PJT II sekarang tiba-tiba rumah dinas harus dikosongkan karena
mau diisi oleh karyawan aktif tanpa ada kompensasi apapun ?
Rumah
yang sudah di perbaiki dengan biaya sendiri oleh penghuni harus dikosongkan
tanpa ada penggantian ?
Siapa
PJT II (dulu POJ) ??
PJT II
Perusahaan Milik Negara atau BUMN (Badan Usaha Milik Negara), yang sampai
sekarangpun operasionalnya masih menggunakan APBN (uang negara). Terus mana
salah satu kewajiban BUMN adalah corporates responbility/ peduli terhadap
lingkungan dan warga sekitar.
Kita
itu orang pak ! Bukan hewan yang harus diusir begitu saja !!!
Dan
para pensiunan yang sekarang masih ada sudah sangat renta, seharusnya mereka
jangan dibebani masalah tempat tinggal. Untuk kebutuhan sehari-hari saja sudah
kekurangan.
Kenapa
Pensiunan tidak dihargai jasa-jasanya ?
Anak-anak
pensiunan POJ
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Silahkan untuk komentar, pertanyaan, saran atau kritik dengan tidak mengandung isu SARA dan POLITIK